Membahas mengenai perbedaan buku fiksi dan non fiksi bisa menjadi hal yang memusingkan. Hal tersebut karena kedua jenis karangan itu tak memiliki batas jelas. Kecuali itu beberapa penulis dan penerbit pun acapkali mengklasifikasikan karya mereka menjadi buku fiksi atau non fiksi sesukanya. Sementara bagi kebanyakan pembaca, buku yang asyik untuk dibaca dinamakan dengan buku fiksi sementara yang menjadikan dahi berkernyit adalah buku non-fiksi. Kendati perbedaan buku fiksi dan non fiksi secara mendasar sebenarnya cukup jelas. Buku fiksi berisi cerita khayal sementara buku non fiksi lazimnya memuat laporan sejarah maupun biografi tokoh. Namun begitu tetap saja perbedaan keduanya tak bisa disamakan seperti beda warna hitam dan putih.
Buku karya fiksi adalah sebuah karya sastra yang menceritakan hal-hal khayalan, rekaan atau sesuatu yang tak sungguh-sungguh terjadi. Dengan begitu seorang pembaca tidak usah susah-susah mencari fakta sesungguhnya di dunia nyata. Karenanya karya sastra berupa novel, cerpen ataupun dongeng dimasukkan dalam kelompok karya fiksi. Sementara buku non fiksi di masa sekarang ini dapat dijumpai berupa jenis buku inspiratif, buku tips atau buku psikologi populer.
Perbedaan buku fiksi dan non fiksi pun tak bersifat mutlak apakah itu yang berkenaan dengan bahasa yang digunakan ataupun tema yang diceritakan terutama yang berhubungan dengan data faktual di dunia nyata. Akan tetapi penting pula untuk dicatat bahwa dalam kesastraan ada jenis karya sastra yang ditulis berdasarkan fakta sebenarnya. Karya sastra itu dinamakan fiksi historis bila yang jadi dasar penulisan adalah data sejarah. Disebut fiksi biografis bila dasar penulisan yang digunakan adalah data biografis dan fiksi sains bila dasarnya adalah data ilmu pengetahuan. Jenis-jenis karya fiksi tadi dinamakan sebagai fiksi nonfiksi. Dengan kata lain sebuah karya fiksi sebetulnya dapat ditulis berdasarkan fakta sesungguhnya di dunia nyata. Dan sebuah karya non fiksi pun dapat ditulis memakai teknik penulisan fiksi. Tujuannya supaya pembaca menjadi lebih nyaman saat membaca buku non fiksi.
Mengesampingkan penggolongan buku fiksi dan non fiksi, suatu karya sastra sesungguhnya ditulis demi tujuan tertentu. Antara lain yang paling utama yakni bisa memberikan manfaat bagi pembacanya. Misalnya saja sebuah buku sejarah gagal menyingkapkan apapun kepada masyarakat atau tak mampu mengaitkannya ke masa sekarang maka dianggap karya tersebut gagal. Namun jika sebuah buku fiksi mampu memuaskan para pembacanya yang rela menyediakan waktu dan biaya untuk menikmatinya maka itu adalah sebuah karya yang sukses. Dalam bidang jurnalistik dikenal istilah jurnalisme sastra yaitu menulis berita yang dalam hal ini sebagai karya non fiksi namun menganut bahasa sastra. Dengan begitu berita tersebut saat dibaca serasa menikmati sebuah novel. Meskipun berita itu menuliskan fakta atau data faktual.
Buku karya fiksi adalah sebuah karya sastra yang menceritakan hal-hal khayalan, rekaan atau sesuatu yang tak sungguh-sungguh terjadi. Dengan begitu seorang pembaca tidak usah susah-susah mencari fakta sesungguhnya di dunia nyata. Karenanya karya sastra berupa novel, cerpen ataupun dongeng dimasukkan dalam kelompok karya fiksi. Sementara buku non fiksi di masa sekarang ini dapat dijumpai berupa jenis buku inspiratif, buku tips atau buku psikologi populer.
Perbedaan buku fiksi dan non fiksi pun tak bersifat mutlak apakah itu yang berkenaan dengan bahasa yang digunakan ataupun tema yang diceritakan terutama yang berhubungan dengan data faktual di dunia nyata. Akan tetapi penting pula untuk dicatat bahwa dalam kesastraan ada jenis karya sastra yang ditulis berdasarkan fakta sebenarnya. Karya sastra itu dinamakan fiksi historis bila yang jadi dasar penulisan adalah data sejarah. Disebut fiksi biografis bila dasar penulisan yang digunakan adalah data biografis dan fiksi sains bila dasarnya adalah data ilmu pengetahuan. Jenis-jenis karya fiksi tadi dinamakan sebagai fiksi nonfiksi. Dengan kata lain sebuah karya fiksi sebetulnya dapat ditulis berdasarkan fakta sesungguhnya di dunia nyata. Dan sebuah karya non fiksi pun dapat ditulis memakai teknik penulisan fiksi. Tujuannya supaya pembaca menjadi lebih nyaman saat membaca buku non fiksi.
Mengesampingkan penggolongan buku fiksi dan non fiksi, suatu karya sastra sesungguhnya ditulis demi tujuan tertentu. Antara lain yang paling utama yakni bisa memberikan manfaat bagi pembacanya. Misalnya saja sebuah buku sejarah gagal menyingkapkan apapun kepada masyarakat atau tak mampu mengaitkannya ke masa sekarang maka dianggap karya tersebut gagal. Namun jika sebuah buku fiksi mampu memuaskan para pembacanya yang rela menyediakan waktu dan biaya untuk menikmatinya maka itu adalah sebuah karya yang sukses. Dalam bidang jurnalistik dikenal istilah jurnalisme sastra yaitu menulis berita yang dalam hal ini sebagai karya non fiksi namun menganut bahasa sastra. Dengan begitu berita tersebut saat dibaca serasa menikmati sebuah novel. Meskipun berita itu menuliskan fakta atau data faktual.