-->

Paradigma PenggunaanTeknologi Komunikasi dalam Membangun Masyarakat Informasi


Paradigma Penggunaan Teknologi Komunikasi dalam Membangun Masyarakat Informasi
Oleh: Admin

A1.      Pendahuluan
Komunikasi merupakan kebutuhan manusia untuk berinteraksi dalam kehidupan sehhari-hari. Manusia tidak dapat hidup tanpa berkomunikasi. Syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial (contact sosial) dan adanya komunikasi (communication)[1]. Interaksi dapat dilakukan dengan dua proses syarat yaitu terjadinya kontak sosial dan komunikasi. Maka komunikasi dilakukan sebagai cara untuk saling bertukar informasi dari satu individu kepada individu yang lain dalam sebuah interaksi. Hal tersebut disebabkan karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian. Manusia membutuhkan orang lain untuk dapat bertahan hidup dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
Komunikasi hari ini tidak dilakukan secara tradisional, akan tetapi sudah menggunakan cara-cara yang modren. Komunikasi tidak hanya dilakukan secara face to face melainkan sudah bermedia. Sehingga komunikasi tidak mengenal dimensi ruang dan dimensi waktu. Kapan saja dan dimana saja kita dapat berkomunikasi.
Teknologi hadir dengan fungsi yang positif. Teknologi hadir untuk memudahkan setiap pekerjaan manusia. Tujuan teknologi membantu manusia untuk menjalankan aktivitas. Teknologi komunikasi membantu manusia untuk berkomunikasi. Membuat manusia mampu melakukan proses encoding dan encoding dengan cara-cara yang lebih menyenangkan dan menghibur.
Kelebihan teknologi dan kemudahan yang ditawarkan tersebut menjadikan teknologi komunikasi menjadi primadona bagi setiap manusia. Masyarakat seolah-olah terhipnotis untuk memiliki teknologi komunikasi. Mulai dari anak-anak hingga remaja bahkan dewasa dan orang tua pun sudah familiar dengan beragam teknologi komunikasi.
Keberadaan teknologi komunikasi menjadikan masyarakat dalam sebuah negara menjadi lebih dekat menuju masyarakat informasi. Masyarakat informasi merupakan masyarakat yang memiliki kemampuan untuk menggunakan teknologi yang berbasis teknologi satelit. Informasi dijadikan sebuah utopia yang harus dikuasai untuk menguasai berbagai aspek kehidupan manusia. Orang yang memiliki kemampuan menguasai akan menjadi orang yang dihormati karena penghargaan tertinggi diberikan kepada mereka yang menguasai informasi.
Masyarakat informasi hanya mampu bisa dicapai ketika manusia berpikir dengan baik untuk memanfaatkan teknologi komunikasi. Teknologi dimanfaatkan untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri manusia. Kesalahan manusia dalam menggunakan teknologi komunikasi akan membawa manusia kepada efek negatif yang kemudian tidak membuahkan hasil yang bermanfaatkan untuk menjadi masyarakat informasi.
Demikian penting teknologi maka penulis membuat sebuah tulisan yang bisa berguna untuk bahan pertimbangan bagi masyarakat sebelum memutuskan menggunakan teknologi komunikasi. Sehingga teknologi komunikasi yang digunakan dapat memberikan manfaat bagi diri pribadi dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

B.       Pembahasan
1.    Masyarakat Informasi
Kecendrungan besar masyarakat dalam dunia dewasa ini adalah berubah dari masyarakat industri kepada masyarakat informasi. hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukan oleh Jhon Naisbit dalam  Sumadi Dilla, yang menyatakan bahwa ada sembilan kecenderungan  besar sekarang yang sedang berlangsung di  dunia. Salah satunya adalah beralihnya masyarakat industri menuju masyarakat informasi[2]. Masyarakat informasi merupakan fase perubahan lanjutan dari masyarakat industri.
Jhon Naisbit menyebutkan pula lima hal yang perlu diperhatikan mengenai perubahan masyarakat industri menuju masyarakat informasi. Pertama, masyarakat informasi merupakan suatu realitas ekonomi. Kedua, inovasi di bidang komunikasi dan teknologi komputer akan menambah langkah perubahan dalam penyebaran informasi dan percepatan arus informasi. Ketiga, teknologi informasi yang baru diterapkan dalam tugas industri yang lama perlahan akan melahirkan kreativitas dan proses produksi yang baru. Keempat, keinginan individu untuk mampu menulis dan membaca lebih banyak. Kelima, keberhasilan dan kegagalan teknologi komunikasi ditentukan oleh prinsip teknologi tinggi dan sentuhan yang tinggi pula. Dengan munulnya masyarakat informasi, muncul pula ekonomi informasi[3]

Berdasakan pendapat tersebut, kemudian masyarakat informasi merupakan kondisi yang menempatkan peranan dari teknologi komputer di bidang komunikasi menjadi sangat penting. Kemampuan masyarakat dalam menguasai teknologi komputer dalam berkomunikasi menjadikan masyarakat tersebut gemar memproses dan mengolah pesan. Dengan demikian informasi menjadi sangat banyak dan menyebabkan masyarakat menjadi mudah untuk mendapatkan informasi dalam menambah wawasan untuk mengembangkan berbagai aspek kehidupan sehari-hari.
Masyarakat informasi merupakan suatu realitas ekonomi yang mampu menumbuhkan perekonomian. Masyarakat yang gemar membaca dan gemar menulis menumbuhkan budaya informasi yang dapat mengeksplorasi berbagai potensi yang ada dari berbagai aspek kehidupan. Informasi tidak hanya bersumber dari daerah sekitar akan tetapi berasal dari seluruh penjuru dunia. Sehingga tercipta budaya global.
Perubahan masyarakat informasi yang menguasai teknologi komunikasi memberikan peluang bagi masyarakat yang kreatif untuk melakukan difusi inovasi. Menyebarkan informasi yang bersumber dari sumber daya yang dimiliki sehingga tersebar ke seluruh penjuru dunia. Hal tersebut menyebabkan kreativitas yang dimiliki menjadi populer di berbagai belahan dunia.
Konsep masyarakat informasi memberikan peluang bagi kita untuk menyebarkan informasi. Sehingga kreativitas yang kita miliki bisa diadopsi oleh banyak orang. Hal ini tersebut kemudian memberikan keuntungan bagi kita yang mempu memanfaatkannya.
Masyarakat informasi pertama kali dikenalkan oleh Alfin Toffler. Ciri masyarakat informasi adalah adanya dominasi sektor informasi dalam kehidupan masyarakat[4]. Era informasi akan menumbuhkan visi baru yang dibentuk oleh pengalaman sehingga manusia semakin individualis dan mempresepsikan realitas dunia dalam konteks global.
Era informasi menunjukkan betapa berharganya informasi yang dapat menjadikan status sosial masyarakat menjadi lebih baik. Negara-negara maju seperti singapura merupakan negara masyarakat informasi. Singapura tidak memiliki pabrik sebagai pusat industri, akan tetapi singapura memiliki kemampuan untuk mengontrol harga pasar. Informasi yang didukung dengan teknologi canggih memainkan peran yang penting untuk menjalankan perekonomian.
Masyarakat informasi menurut Rogers, dirumuskan sebagai suatu bangsa yang mayoritas angkatan kerja adalah terdiri dari para pekerja informasi, serta informasi menjadi sebuah elemen yang paling penting. Masyarakat informasi adalah masyarakat yang memiliki aktivitas utamanya memproduksi, mengolah dan mendistribusikan informasi, dan memproduksi teknologi informasi.[5]
Di jepang masyarakat informasi dikenal dengan istilah Jahoka Sakai. Yaitu masyarakat yang menunjukkan adanya sebuah kematangan yang ditunjukkan dengan kemakmuran dan kebudayaan yang bergantung pada teknologi-teknologi informasi. Masa ini adalah masa yang sangat menghargai informasi yang bersumber dari kegiatan-kegiatan ekonomi, industri, dan perkembangan sosial.
Kesalahan bangsa yang berada di negara berkembang seperti Indonesia adalah kesalahan dalam memanfaatkan teknologi komunikasi. Negara berkembang tidak memanfaatkan teknologi dengan makasimal. Mereka hanya mengambil satu sisi dari kekuatan teknologi komunikasi. Kita hanya menerima dan mengambil informasi dari teknologi komunikasi. Negara berkembang tidak mengambil bagian untuk memanfaatkan teknologi komunikasi untuk menyebarkan informasi yang bersumber dari negara mereka.
Negera berkembang larut dalam euforia yang ditawarkan dalam media komunikasi yang bersumber dari budaya luar. Masyarakat di negara berkembang lupa bahwa mereka juga memiliki budaya yang memiliki nilai jual yang tinggi apabila ditawarkan atau disebarkan kepada masyarakat global. Ketertarikan kita dengan budaya luar menjadikan kita lupa bahwa kita memiliki budaya yang berasal dari negara sendiri.
Kesalahan ini mengakibatkan negara kita tidak menjadi negara yang maju. Kita hanya berhenti menjadi negara berkembang yang selalu menjadi sasaran konsumtif negara-negara maju. Kita menghabiskan uang kita untuk memiliki berbagai hal yang ditawarkan dari informasi global, tapi kita tidak pernah berpikir untuk menjual apa yang kita miliki di dalam negara kita.
Jika kita hanyut dalam kondisi tersebut, maka kita berhenti dan hanya menjadi negara berkembang saja. Kita harus mengambil bagian untuk ikut memproduksi informasi. Informasi yang berasal dari budaya negara kita harus segera diberdayakan sehingga dikenal di dunia global. Hal ini menjadikan mata dunia tertuju kepada negara kita dan perlahan negara kita akan berkembang menjadi negara maju.
Seperti Jahoka Sakai di Jepang. Masyarakat informasi merupakan masyarakat yang menunjukkan adanya sebuah kematangan yang ditunjukkan dengan kemakmuran dan kebudayaan yang bergantung pada teknologi-teknologi informasi. Masa ini adalah masa yang sangat menghargai informasi yang bersumber dari kegiatan-kegiatan ekonomi, industri, dan perkembangan sosial yang berada dari negara jepang. Masyarakat yang menunjukkan adanya sebuah kematangan yang ditunjukkan dengan kemakmuran dan kebudayaan yang bergantung pada teknologi-teknologi informasi. Masa ini adalah masa yang sangat menghargai informasi yang bersumber dari kegiatan-kegiatan ekonomi, industri, dan perkembangan sosial. 

2.    Paradigma teknologi Komunikasi  
Masyarakat memiliki cara untuk memandang perkembangan teknologi komunikasi. Ada yang menerima teknologi komunikasi dengan kritis, ada yang menerima dengan tanpa mengkritisi kehadiran teknologi komunikasi. Kita tidak akan memungkiri bahwa teknologi komunikasi merupakan alat yang membuat kita menjadi lebih mudah untuk beraktifitas khususnya dalam memproses pesan, untuk mengirimi pesan dan memproduksi pesan.
Teknologi komunikasi menurut Anthony G.Wilhelm dalam bukunya Democracy in the Digital Age ada tiga pendekatan dalam merespon dan memahami perkembangan teknologi komunikasi Dystopian, Neo-Futuris dan Tekno-Realis[6].
Dystopian adalah sekolompok masyarakat yang bersikap kritis dan sangat berhati-hati terhadap penerapan teknologi. Sebab, dampak ditimbulkan adalah pengacauan kehidupan sosial dan politik. Upaya yang dilakukan oleh faham ini adalah mengembalikan kualitas-kualitas esensial yang menyusut dalam kehidupan masyarakat kontemporer.
Menurut kelompok dystopian, Teknologi adalah cara untuk mengungkapkan atau menjadi alam sebagai cadangan yang tetap, sebagai sumber untuk dipulihkan, ditata dan dikontrol. Dystopian khawatir terhadap teknologi yang akan menyebabkan hilangnya hubungan antar manusia karena keberadaan teknologi.
Aliran Neo-Futuris merupakan refleksi dari warisan tak terkendali dari aliran futurisme yang memiliki keyakinan yang tidak kritis yang menerima perubahan baru. Teknologi dengan high speed dianggap powerfull sehingga mampu mengalahkan segalanya. Aliran ini menaruh harapan terhadap teknologi untuk menjalani kehidupan.
Yang terakhir adalah tekno-realis adalah penengah antara aliran Dystopian dengan Neo-Futuris. Penerapan teknologi harus memperhatikan aspek kritis terhadap dampak-dampak dalam masyarakat, praktek komunikasi dan nilai-nilai kemanusiaan. Teknorealis berpendapat: “teknologi tidak netral” dan “Internet adalah revolusioner tetapi tidak utopia” Teknologi memiliki manfaat-manfaat praktis tanpa harus meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan.
Tiga paradgima tersebut merupakan pendekatan dari masyarakat ketika kita mengguakan teknologi komunikasi. Ada tiga pendekatan yang berbeda satu sama lain yang memandang keberadaan dari teknologi komunikasi untuk dimanfaatkan. Masing-masing paradigma mempengaruhi diterima atau ditolaknya sebuah teknologi serta menentukan bagaimana teknologi tersebut dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin.
Dalam pemanfaatan teknologi kita juga harus mempertimbangkan dua aspek yaitu aspek added value dan aspek menurunkan added cost. Teknologi yang dipilih harus harus tepat guna alias sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat Indonesia, teknologi itupun harus dapat meningkatkan nilai tambah (added value) secara maksimal dan menurunkan added cost seminimal mungkin[7].

3.    Paradigma Penggunaan Teknologi Komunikasi dalam Membangun Masyarakat Informasi
Ada tiga paradigma teknologi yang dibahas dalam pembahasan di atas. Paradigma tersebut kemudian menjadi tolak ukur bagaimana kita membangun masyarakat informasi. Masyarakat yang memiliki kemampuan untuk memanfaatkan informasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang mandiri di tengah era globalisasi dengan keragaman budaya yang ada di negara masing-masing.
Dalam membangun masyaakat informasi paradigma yang harus digunakan adalah paradigma tekno realis. Paradigma tekno realis merupakan pendekatan dalam penggunaan teknologi komunikasi dengan berada di tengah-tengah. Berada diantara pemuja dan penolak penggunaan teknologi komunikasi.
Pandangan neo-futuris merupakan pandangan nyata yang muncul dari masyarakat modren. Yang menyatakan menjadi digital adalah suatu keharusan dan kebutuhan sedangkan pandangan dystopian menolak teknologi karena teknologi merusak. Teknologi bagi paradigma dystopian hanya digunakan bagi untuk melakukan perbaikan dari kerusakan alam untuk keberlangsungan hidup manusia. Teknologi tidak digunakan untuk hal lain. Karena dianggap akan merusak esensi kehidupan yang manusiawi. Tekno realis hadir sebagai penengah dari kedua pendekatan tersebut. Menjadi digital bukan sebuah keharusan, tapi bukanlah mustahil untuk mejadi digital.
Tekno realis berusaha untuk lebih realistis dalam menggunaakan teknologi komunikasi. Tekno realis memandang teknologi komunikasi digunakan tanpa meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan. Esensi kehidupan manusia yang terjadi ketika berkomunikasi tidak boleh hilang. Akan tetapi teknologi komunikasi menjadikan kita semakin menghargai manusia dalam berkomunikasi.
Teknologi komunikasi merupakan sebuah penemuan yang revolusioner, akan tetapi bukan merupakan utopia. Teknologi harus dikritisi sehingga tidak menggangu kehidupan sosial manusia. Dampak-dampak yang berpotensi terjadi dalam kehidupan masyarakat harus diwaspadai agar tidak mengganggu kondisi sosial yang telah ada. Artinya dengan kehadiran teknologi kita tetap mampu mempertahankan nilai-nilai sosial yang sudah ada dalam budaya masyarakat tempat kita tinggal.
Paradigma ini bisa digunakan dan diterapkan dalam penggunaan teknologi komunikasi untuk menciptakan masyarakat informasi yang sebenarnya. Masyarakat yang menggunakan teknologi komunikasi untuk melestarikan budaya daerah. Mengedepankan kearifan lokal agar dikenal ditengah masyarakat global yang pada akhirnya akan diadopsi oleh masyarakat dari budaya lain.
Masyarakat yang berada pada paradigma ini tidak mudah terpengaruh. Hal ini disebabkan oleh penggunaan teknologi yang didasari dengan pertimbangan untuk mempertahankan nilai-nilai yang sudah diyakini. Berbeda dengan neo futuris yang tidak kritis. Neo futuris meyakini kekuatan digital dari teknologi komunikasi. Neo futuris terlalu terbuka dalam menerima teknologi baru. Hal tersebut menjadikan masyarakat lebih cepat dan mudah untuk meninggalkan nilai yang sudah dimiliki pada masyarakat tersebut.
berbeda dengan pendekatan tekno realis, penggunaan teknologi komunikasi yang mampu mempertahankan kondisi sosial masyarakat. Hal ini dibutuhkan untuk menciptakan budaya global. Kesejahteraan bisa didapatkan apabila kita mampu menciptakan peluang bagi perkembangan masyarakat kita sendiri. Masyarakat yang menggunakan teknologi berdasarkan paradigma ini tidak akan mudah terpengaruh untuk meninggalkan budaya yang sudah mereka miliki. Mereka akan melestarikan budaya mereka dan mempopulerkan budaya mereka kepada dunia sehingga dunia terpengaruh untuk mengadopsi bahkan menikmati budaya tersebut.
Masyarakat dunia yang terpengaruh akan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat lokal karena mereka memproduksi atau menguasai suatu kebudayaan yang diadopsi oleh orang luar yang berasal dari negara lain. Teknologi baru tidak dapat memproduksi perubuhan sosial di dalam dirinya sendiri, meskipun berbagai teknologi tersebut dapat dan memang memfasilitasi perubahan. Kuasa itu sosial, tidak hanya terkait teknologi, dan teknologi diarahkan melalui kontrol institusional dan ekonomi[8]. Ketika kita mampu mengontrol teknologi dalam penggunaannya maka teknologi dapat mengarahkan kita pada kemajuan ekonomi.


C.    Kesimpulan
Masyarakat mandiri merupakan perubahan yang ingin dicapai setelah masyarakat industri oleh masyarakat dunia. masyarakat informasi memiliki konsekuensi terhadap penggunaan teknologi komunikasi yang benar. Masyarakat informasi harus mampu mempertahankan nilai budaya yang kemudian menjadi budaya populer di negara lain. Paradgima tekno realis merupakan pendekatan yang bisa diadopsi untuk menghadapi perkembangan teknologi komunikasi. Pendekatan ini menerima teknologi komunikasi dengan cara mengkritisinya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk mengadopsi teknologi tersebut. Hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan dampak di tengah masyarakat yang dapat menghilangkan nilai-nilai yang sudah ada di tengah masyarakat.





























Daftar Pustaka

Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi (Teori, Paradgima, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat). Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.

Dilla, Sumadi. Komunikasi Pembangunan (Pendekatan Terpadu). Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007.

Fiske, Jhon. Pengantar Ilmu Komunikasi ed.3. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Makka, Andi Makmur, Ed, Jejak Pemikiran B.J. Habibie, Peradaban Teknologi Untuk Kemandirian Bangsa. Bandung: Mizan Media Utama, 2010

Noegroho, Agung. Teknologi Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.


[1] Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h.55
[2] Sumadi Dilla, Komunikasi Pembangunan (Pendekatan Terpadu) (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h.171
[3] Ibid
[4] Agung Noegroho, Teknologi Komunikasi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010) h.
[5] Ibid
[6] Ibid
[7] Andi Makmur Makka, Ed, Jejak Pemikiran B.J. Habibie, Peradaban Teknologi Untuk Kemandirian Bangsa, (Bandung: Mizan Media Utama, 2010) h.31
[8] Jhon Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi ed.3 (Jakarta: Rajawali Pers, 2014) h.9.


LihatTutupKomentar